This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Senin, 13 Juni 2011

Jadikanlah Al Qur'an sbagai SAHABAT

Salah satu karunia Allah Ta’ala terbesar yang dilimpahkan kepada kita adalah Kalam-Nya yang mulia Al-Qur’an. Terkandung di dalamnya petunjuk menuju jalan yang lurus dan benar. Dengannya Allah memandu hamba-hamba-Nya kepada jalan keselamatan, baik di dunia maupun di akhirat. Seorang nashrani pun ketika mendengarkan lantunan ayat-ayat Al Qur’an dengan hati yang jernih maka hidayah Allah pun masuk kedalam relung hatinya tanpa bisa dibendung.
Tak hanya berhenti disitu, ia pun mencucurkan air mata demi mendengarkan kalam Ilahi yang mulia ini. Raja Najasyi adalah contoh yang indah untuk membenarkan klaim tersebut. Ketika beliau mendengarkan Al Qur’an yang dibacakan oleh Ja’far bin Abi Thalib radiyallahu ‘anhu.
Tidak hanya manusia, jin pun terkesima tatkala mendengarkan ayat-ayat Al Qur’an yang dilantunkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka terdiam mendengarkan dengan penuh perhatian. Begitu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam selesai membacakannya, spontan mereka langsung beriman dan menyeru kaumnya untuk beriman. Allah Ta’ala berfirman;
“Dan (ingatlah) ketika Kami hadap-kan serombongan jin kepadamu yang mendengarkan Al-Qur’an, maka tatkala mereka menghadiri pembacaan (nya) lalu mereka berkata: “Diamlah kamu (untuk mendengarkannya)”. Ketika pembacaan selesai mereka kembali kepada kaumnya (untuk) memberi peri-ngatan. Mereka berkata: “Wahai kaum kami, sesungguhnya kami telah mendengarkan kitab (Al-Qur’an) yang diturunkan sesudah Musa, membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya lagi memimpin kepada kebenaran dan kepada jalan yang lurus.” (QS. Al Ahqaaf:30).
Al-Qur’an adalah nikmat Allah yang sangat besar. Kitab yang sarat dengan keberkahan. Akan tetapi nikmat dan barokah itu tidak akan dapat kita rasakan kecuali jika kita mau membaca, mempelajari dan merenungkannya.
Sungguh merupakan suatu kerugian yang sangat besar, jika hari demi hari kita lewatkan begitu saja tanpa dihiasi oleh bacaan Al-Qur’an. Bagaimana mungkin seorang muslim tidak tertarik untuk membacanya, padahal di dalamnya terdapat berbagai informasi yang sangat ia butuhkan. Informasi dan petunjuk penting yang tak akan bisa didapat pada selain Al Qur’an.
Ketika kita hidup di zaman yang penuh fitnah seperti sekarang ini, maka kebutuhan terhadap Al-Qur’an menjadi lebih besar lagi. Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib ra pernah berkata; “Sesungguhnya nanti akan terjadi berbagai fitnah (cobaan)”. Maka ditanyakan kepadanya: “Lalu apakah jalan keluarnya?”. Beliau menjawab; “Kitabullah (Al-Qur’an), di dalamnya terdapat berita (riwayat) orang-orang sebelum kalian, khabar-khabar (peristiwa) yang terjadi setelah kalian dan hukum-hukum (yang mengatur) urusan kalian. Ia adalah pemisah antara yang hak dan yang bathil. Sekali-kali ia bukanlah senda gurau, siapa saja orang sombong yang meninggalkannya pasti akan dibinasakan oleh Allah. Siapa yang mencari petunjuk selain padanya, maka ia akan disesatkan oleh Allah. Ia adalah tali Allah yang kokoh, peringatan yang bijak dan ia adalah jalan yang lurus. Dengannya hawa nafsu tidak akan menyimpang.
Dengannya lisan tidak akan rancu (keliru). Keajaiban-keajaibannya tidak akan pernah habis. Para ulama tidak akan pernah kenyang darinya. Barang siapa yang bicara dengan berhujjah dengannya maka ia akan benar. Barang siapa yang mengamalkannya maka ia akan memperoleh pahala. Barang siapa yang berhukum dengannya maka ia akan adil. Barang siapa yang menyeru kepadanya maka ia akan terbimbing ke jalan yang lurus”.
Al-Qur’an bagaikan air yang menyirami tanaman iman. Iman yang selalu dirawat dan disirami dengan bacaan Al-Qur’an, niscaya akan tumbuh subur.
Namun sebaliknya, hati yang jauh dari bacaan Al-Qur’an, niscaya akan gersang. Tanaman iman menjadi layu. Tidak ada musibah yang lebih besar daripada hati yang beku dan iman yang layu. Sungguh itu merupakan musibah besar bagi agama seorang hamba Allah. Rasulullah senantiasa berdo’a,
“Dan janganlah Engkau jadikan musibah kami menimpa pada agama kami” (HR. Tirmidzi dan Al Hakim).
Sudahkan kita menjadikan membaca al Qur’an sebagai sebuah kebutuhan? Tahukah anda, bahwa al Qur’an adalah sekumpulan surat yang dikirim oleh Tuhan penguasa sekalian alam kepada kita sebagai hamba-hamba-Nya? Seorang yang gemar membaca Al-Qur’an akan bercahaya hatinya, lapang dadanya, rahmat Allah melimpah kepadanya, dan setiap huruf yang dibacanya akan dibalas dengan sepululuh kali lipat pahala yang baik.
Tidakkkah Rusulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah berpesan:
“Bacalah Qur’an, sesungguhnya ia akan datang pada hari kiamat sebagai pemberi syafa’at bagi shahabatnya” (HR. Muslim).
Jadikanlah Al-Qur’an sebagai sahabat kita, niscaya syafa’atnya kan kita dapatkan.

Kisah Sahabat Yang Mematikan

Seorang pemuda dengan bangga dan penuh cinta berjalan di atas karpet merah bertabur bunga. Ia merasa dirinya orang yang paling bahagia di dunia. Seorang bidadari cantik yang baik hati telah bersedia menjadi istrinya di pelaminan. Pada hari pernikahannya ini, ia berjanji untuk mencintai istrinya hingga akhir hayatnya. Hidup mereka semakin sempurna dengan lahirnya seorang putri cantik yang sehat dan pintar.
Memasuki pernikahan ini, ia membawa dengan dirinya, suatu kebiasaan buruk yang sudah ada sejak dirinya menginjak bangku kuliah: merokok. Kebiasaan merokok ini ia lakukan di mana saja, dan hampir kapan saja. Saat sehabis makan, saat penat dan stress, saat lapar dan mengantuk, di meja makan, di ruang tamu, di kamar tidur, di kantor, bahkan saat berekreasi akhir pekan dengan istri dan anaknya. Sang istri dengan sabar menasehati agar ia meninggalkan kebiasaan buruknya tersebut karena kebiasaan ini jelas merugikan kesehatan dirinya, dan asap rokok yang dihembusnya lebih berbahaya lagi yang harus terhirup sang istri dan anaknya.
Pertama-tama dinasehati dan ditegur, ia hanya menganggapnya angin lalu. Namun lama-kelamaan, ia mulai merasa bosan dan tersinggung dengan teguran tersebut. Bertahun-tahun kamu menasehati saya dengan nasehat yang sama! Kamu kira saya bodoh?? Saya sudah tahu apa yang kamu bicarakan. Tapi rokok itu sahabat sejati saya yang selalu menemani kalau saya sedang stress dan buntu!! Lebih baik kamu menerima saya apa adanya!!! Sudah tutup mulutmu sana! bentak sang suami yang sudah bosan dengan teguran istrinya dan melupakan janji yang ia ikrarkan pada hari pernikahan.
Sejak saat itu, sang istri memutuskan untuk tidak menegur suaminya lagi tentang kebiasaan merokok tersebut, dan ia pasrah apabila harus menghirup asap rokok yang dihembuskan suaminya. Tahun demi tahun berlalu, suatu hari sang istri menemukan benjolan di payudaranya yang kemudian setelah di cek ke dokter, ada tumor pada bagian tersebut. Tak lama berselang, dokter juga menemukan bahwa sang suami terserang kanker paru-paru stadium 3.
Di saat itulah ia baru tersadar, bahwa rokok yang selama ini menjadi sahabat sejatinya telah menikamnya dalam-dalam dari belakang. Bahwa sahabatnya yang paling sejati, istrinya, justru juga telah tertikam oleh kebiasaannya merokok. Bahwa buah hati mereka yang lugu dan penuh harapan kehidupan yang indah harus terancam menjadi yatim-piatu oleh penyakit ganas yang diidap oleh kedua orangtuanya.